Sudah Pantaskah Kita Bela Palestina, Sedangkan Ulama Di Deskriminasi Kita Hanya Bisa Diam?


Belakangan ini semua masyarakat sedang difokuskan dengan apa yang terjadi di Palestina. Terutama umat muslim, namun umat muslim sendiri hanya bisa diam ketika para ustad, ulama dan para habib di deskriminasi. Para ulama ditangkap, di usir dari pengajian dan di caci maki. Lalu sekarang kita gembar gembor akan bela palestina, apakah kita sehat? ini sebenarnya sindiran untuk sekelompok orang saja. Karena masih ada orang yang benar-benar tulus dalam niatnya bukan hanya sekedar cari muka dan sensasi. Jika kita melihat rentetan masalah yang terjadi di Indonesia pada saat sekarang ini, hal ini sangatlah disayangkan. Karena banyak yang bergantung dengan masalah-masalah yang erjadi pada saat sekarang. Bisa kita lihat, dengan berfokusnya masyarakat ke permasalahan yang terjadi di Palestina. Ada beberapa kasus yang sekarang sudah seperti kasus kopi sianida yang penyelesaiannya memakan waktu yang sangat-sangat lama. Seperti tidak adanya hal lain yang harus dilakukan, sehingga permasalahan yang satu sangat lah lama untuk menyelesaikannya. Contoh aja beberapa kasus seperti kasus papa SN yang sampai sekarang kasusnya mutar-mutar sudah seperti kasus kopi sianida. Entah apa yang sebenarnya terjadi tetapi memang seperti ini lah adanya di indonesia pada saat sekarang ini. Setelah jadi tersangka, papa kembali lagi mengadakan pra peradilan. kemudian jadi tersangka lagi, lalu kembali lagi pra peradilan. apakah hukum di Indonesia memang seperti itu? Lalu untuk kasus kedua yang terlupakan adalah proyek Reklamasi dan Meikarta. Sampai saat ini proyek tersebut tetap berjalan, dan promosi-promosinya pun bisa kita lihat dimana-mana. Mulai dari iklan di tv, jejaring sosial dan website. Kalau menurut penulis pribadi, kurangnya ketegasan pemerintah lah yang mengakibatkan hal ini. Hukum tumpul ke atas, dan tajam kebawah itulah yang terjadi. Contoh saja seorang nenek-nenek yang mencuri sebatang kayu dihukum selama 2 tahun. Dan Seorang penista agama serta orang-orang yang korupsi yang merugikan negara juga dihukum hanya selama 2 tahun. Jadi seperti inikah hukuman yang diterapkan di Indonesia? Ok lah kalau masalah penghinaan terhadap pemimpin negara harus dihukum. Tetapi untuk kebebasan berpendapat janganlah di batasi, jangan batasi gerak masyarakat dengan aturan-aturan yang tidak seimbang seperti sekarang ini. Setidaknya untuk mengingatkan pemerintah apa yang terjadi dan dirasakan masyarakat bukan kah hal tersebut akan lebih baik untuk memperbaiki kekurangan dari diri pemerintah itu sendiri. Diharapkan pemerintah jangan mau dipengaruhi oleh rezim-rezim yang ada pada saat sekarang ini. Jalanilah kemimpinan pemerintah sebaik mungkin dan bertanyalah kepada orang yang ahli dibidangnya, bukan bertanya kepada rezim yang ada. Karena rezim-rezim ini yang dibutuhkan mereka adalah uang uang dan uang. Jika saya lihat cara pemerintah sekarang membiayai proyek-proyek dengan berhutang itu adalah kesalahan besar. Padahal dia tau hutang tersebut menggunakan bunga, dan ia juga sadar bahwa hal tersebut adalah Riba. Apakah negara ini akan makan dengan uang riba? sedangkan orang-orang yahudi saja mengharamkan memakan uang riba dengan sesama mereka. Kalau melihat cara pemerintahan sekarang seperti gali lobang tutup lobang, hutang dulu setelah itu bikin proyek. Setelah itu hasil dari proyek tersebut di jual ke swasta, memang secara logika negara akan beruntung. Tetapi jika melihat fakta yang ada apakah Indonesia sudah beruntung? Lalu kenapa hutang Indonesia semakin bertambah? Lalu apa solusi sebenarnya yang akan diberikan pemerintah ketika sekarang ini terjadi keterpurukan ekonomi? Sudah dulu ya, mungkin itu saja uneg-uneg penulis pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan ga di ciduk gara-gara menyampaikan pendapat seperti ini ataupun blog penulis diblok gara-gara hal ini. by: Penulis yang baru bangun dari tidur panjangnya
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Anak Muda,Berita,Bisnis,Budaya,cerita,Enterpreneur,game,Ilmu Pengetahuan,Info Kesehatan,internasional,Kpop,pariwisata,Religion