Hutan, tanah dan keadaban publik telah menjadi tema yang tak pernah pernah selesai dibahas dalam setiap momentum. Ketiganya saling berkaitan. Hutan dan tanah adalah fondasi keberlanjutan kehidupan di planet ini, sementara keadaban publik menegaskan tanggung jawab manusia merawat dan menjaga keutuhan alam; hutan dan tanah.
Meski, harus diakui, dilema kadang muncul saat posisi manusia dihadapkan dengan tuntutan kelanjutan hidup, pemenuhan kehidupan sosial ekonomi, dan bisnis. Pilihan memanfaatkan alam sebesar-besarnya pun kerap menjadi yang utama. Dampaknya, tak sedikit kerusakan ekologis muncul, polusi, perubahan iklim yang tak menentu, bencana alam, dan lain sebagainya. Ada kalanya, kita perlu "kembali ke diri", melihat ke dalam dan menjawab ketukan hati; siapa kita dihadapan alam? Kongres Kehutanan Dunia 2015: Seruan Keadaban
Tetapi, terlepas dari itu, seruan-seruan itu hanyalah serpihan kecil dari sebuah gerakan perjuangan sosial dunia. Sebab, ada negara dan sistemnya yang sangat mapan didalam tindakan destruktif itu. Kekuatan lain diluar itu ialah (tentunya) kekuatan kapital (baca: kekuatan pasar) yang terus berupaya mengambil hasil hutan secara gila-gilaan.[1]
Kongres Kehutanan Dunia (World Forestry Congress) merupakan pertemuan terbesar dan paling signifikan dari sektor kehutanan di dunia dan diselenggarakan setiap enam tahun di bawah naungan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).[2]
Kongres Kehutanan Dunia merupakan forum untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan hutan di dunia, dan juga isu-isu seperti dialog internasional, aspek sosial ekonomi dan kelembagaan, dan kebijakan hutan internasional.[3]
Setelah perang dunia II, seluruh peserta kongres kembali menginisiasi terlaksananya kongres kehutanan. Temanya pun mulai berkembang. Beberapa tema kongres pun didorong, antara lain; Silvics and silviculture, Forest surveys, forest economics (termasuk forest policy), forest utilization, forest industries.[4]
Beberapa tema yang digarap dalam kongres kehutan sedunia ke-5 ialah: Forest Protection (Perlindungan hutan), Education (pendidikan), Forest and Range Watersheds (Hutan dan Jarak Daerah Aliran Sungai), Logging and Forest Operations (penebangan dan operasi hutan), Genetics and Tree Improvement (Genetika dan Pemulihan Pepohonan), Forest Economics and Policy (kebijakan ekonomi kehutanan), Forest Products (Hasil Hutan), Forest Recreations (Pemanfaatan hutan sebagai tempat rekreasi) dan kehidupan liar (Wildlife), Tropical Forestry (hutan tropis)
Selain tema besar itu, beberapa tema isu kehutanan juga ikut dibahas disana, kala itu, antara lain Tren dunia terhadap kebutuhan sumber kayu dunia (World trends in wood resources and requirements), Perencanaan pemanfaatan potensi hutan (Planning the use of forest potentials), Kerangka kelembagaan pembangunan kehutanan (Institutional framework for forestry development), Pembiayaan terhadap pengembangan industri kehutanan (Financing forestry and forest industries development)
Kongres mengakui bahwa aspirasi untuk meningkatkan standar hidup sering menemukan ekspresi dalam bentuk yang mengancam lingkungan. Dengan tema utamanya itu, peserta kongres pun mengerucuti topik-topik yang relevan dengan tema itu dengan menghadirkan berbagai kelompok kepentingan, mulai dari akademisi, pengusaha, pemerintah, termasuk aktivis lingkungan, kala itu.
Beberapa topik penting yang jadi bahan kajian ialah Hutan Sebagai warisan pelindung (The forest, a protective heritage), konservasi dan perlindungan warisan hutan (Conservation and protection of the forest heritage), Pohon dan hutan dalam pengelolaan lahan pedesaan dan perkotaan (Trees and forests in rural and urban land management), Pengelolaan warisan hutan (Management of the forest heritage), Warisan hutan, sumber ekonomi (The forest heritage, an economic resource), Kebijakan dan Kelembagaan (Policy and institutions).
Beberapa topik aktual yang dibahas saat itu antara lain Hutan dan keanekaragaman hayati (Forests and biodiversity), Produksi hutan bagi pembangunan (Production for development), Hutan yang melayani manusia (Forests at the service of people), Kepedulian terhadap Hutan (Caring for our forests), Peluang pengembangan (Development opportunities), Pengorganisasian dalam pengembangan hutan (Organizing forest development), Keselerasan Manusia dan Hutan (People and forests in harmony). Kongres lebih dititikberatkan pada aspek sosial, ekologi dan ekonomi pengelolaan hutan lestari dalam konteks lokal, regional dan global.
Program dan kegiatan Kongres akan mencakup seminggu sesi teknis dan acara khusus, acara sampingan dan diskusi meja bundar pada enam bidang tematik yang mencakup semua aspek kunci dari hutan dan pembangunan berkelanjutan. Beberapa topik yang akan dibedah adalam kongres tersebut antara lain:
Hutan untuk pembangunan sosial ekonomi dan ketahanan pangan (Forests for socioeconomic development and food security), Membangun Ketahanan dengan Hutan (Building resilience with forests), Integrasi Penggunaan Hutan dan Lahan Lainya (Integrating forests and other land uses), Mendorong Inovasi produk dan perdagangan yang berkelanjutan (Encouraging product innovation and sustainable trade), Mengawal pembuatan kebijakan kehutanan (Monitoring forests for better decision-making), Meningkatkan kinerja pemerintah melalui penguatan kapasitas (Improving governance by building capacity).
Dampak paling buruk dialami manusia ialah kemiskinan dan kemelaratan. Yang paling mendesak ialah kembalinya keadaban menghargai alam, dan menempatkan alam sebagai rumah manusia. Alam harus diletakkan setara dengan manusia di planet ini. Dengan demikian, perawatan dan pelestarian alam tentu akan menjadi point utama dalam siklus kehidupan manusia. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pelaksanaan Kongres Kehutanan Se-dunia pada tahun 1978. Logis, jika ada harapan yang disematkan pada negara sejak itu, bahwa keselamatan ekologi dan pelestarian lingkungan merupakan visi semua pihak.
Namun, faktanya, illegal logging, eksploitasi hutan oleh industry pertambangan, pembukaan lahan-lahan perkebunan skala besar dan ekploitasi hutan oleh industri pertambangan telah membuat kesemrawutan dalam tata kelola kehutanan nasional. Salah satu penyebabnya juga lahir dari ketidakbecusan aparat negara dalam mensinkronkan kebijakan perlindungan hutan dan investasi industri.
Dalam kongres kehutanan ke-14 ini, harapan keselamatan ekologi dunia direbahkan diatas pundak para pemimpin dunia, baik pemimpin negara maupun pemimpin agama. Dengan visi yang disajikan dalam kongres kehutanan se-dunia ke-14 tahun ini, kiranya seruan keadaban ekologis itu bisa menjadi batin bagi umat manusia, demi masa depan yang lebih baik.*Marsel Gunas
Meski, harus diakui, dilema kadang muncul saat posisi manusia dihadapkan dengan tuntutan kelanjutan hidup, pemenuhan kehidupan sosial ekonomi, dan bisnis. Pilihan memanfaatkan alam sebesar-besarnya pun kerap menjadi yang utama. Dampaknya, tak sedikit kerusakan ekologis muncul, polusi, perubahan iklim yang tak menentu, bencana alam, dan lain sebagainya. Ada kalanya, kita perlu "kembali ke diri", melihat ke dalam dan menjawab ketukan hati; siapa kita dihadapan alam? Kongres Kehutanan Dunia 2015: Seruan Keadaban
Sejarah World Forestry Congress
Awalnya adalah kegelisahan akan keselamatan hutan dunia. Bukan saja perubahan iklim, hutan yang tak hijau lagi, tetapi juga merebaknya deforestasi di seluruh dunia. Banyak pihak yang mulai resah dengan kondisi hutan dan semakin brutalnya manusia membunuh ekosistemnya. Serentak, kegelisahan itu menggumpal menjadi sebuah kekuatan yang terus melawan perambahan hutan, deforestasi dan illegal logging.Tetapi, terlepas dari itu, seruan-seruan itu hanyalah serpihan kecil dari sebuah gerakan perjuangan sosial dunia. Sebab, ada negara dan sistemnya yang sangat mapan didalam tindakan destruktif itu. Kekuatan lain diluar itu ialah (tentunya) kekuatan kapital (baca: kekuatan pasar) yang terus berupaya mengambil hasil hutan secara gila-gilaan.[1]
Kongres Kehutanan Dunia (World Forestry Congress) merupakan pertemuan terbesar dan paling signifikan dari sektor kehutanan di dunia dan diselenggarakan setiap enam tahun di bawah naungan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).[2]
Kongres Kehutanan Dunia merupakan forum untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan hutan di dunia, dan juga isu-isu seperti dialog internasional, aspek sosial ekonomi dan kelembagaan, dan kebijakan hutan internasional.[3]
Ragam Fakta Visi Kongres
Setiap kongres memiliki visi dan tujuannya masing-masing. Ragam visi kongres disesuaikan dengan isu dan perkembangan hutan di setiap negara di dunia.Kongres pertama
Kongres pertama diselenggarakan pada 1926, di Roma, Italia. Awal kongres hanya diisi dengan diskusi kehutanan dunia dan lebih menitiberatkan konsolidasi gagasan terhadap isu seputar keselamatan dan pemanfaatan hutan dunia.Kongres ke-2
Kongres ke-2 diselenggarakan di Budapest, Hungaria pada tahun 1936. Seharusnya, kongres ke-2 dilaksanakan pada tahun 1940. Namun, situasi perang saat itu membuat jadwal kongres ditunda. Meskipun demikian, motivasi dan semangat peserta kongres untuk menganalisa dan menemukan solusi terhadap persoalan kehutanan dunia tak surut. Isu seputar kehutanan bahkan mulai dikampanyekan untuk menjadi keprihatinan para pemimpin dunia.Kongres ke-3
Kongres ke-3 dilaksanakan di Helsinki, Finlandia pada tahun 1949.Setelah perang dunia II, seluruh peserta kongres kembali menginisiasi terlaksananya kongres kehutanan. Temanya pun mulai berkembang. Beberapa tema kongres pun didorong, antara lain; Silvics and silviculture, Forest surveys, forest economics (termasuk forest policy), forest utilization, forest industries.[4]
Kongres ke-4
Kongres ke-4 diselenggarakan di Dehra Dun, India pada 1954. Visi kongres ke-4 adalah menentukan peran kawasan hutan dalam pembangunan perekonomian suatu negara, yang diterangi oleh kemajuan pengetahuan sumber daya hutan, manajemen silvikultur dan pemanfaatan hutan. Kongres ke-4 ini mengangkat tema: "Perkembangan Perlindungan Hutan dan Manajemen Kawasan Hutan di Dunia" ("Present situation of forest protection and forest management in the world). Beberapa topik krusial yang turut dibahas ialah fungsi perlindungan hutan (Protective functions of the forest), pemanfaatan hasil hutan (Forest products utilization) serta kawasan hutan tropis (Tropical forestry).[5]Kongres ke-5
Kongres kehutanan sedunia ke-5 tahun 1960 di Seatle, Amerika Serikat, dengan tema Multiple Use of Forest Principles (prinsip pemanfaatan ganda kawasa hutan). Manfaat hutan itu dikaitkan dengan: kayu (wood), air (water), habitat kehidupan liar (wildlife), sumber makanan ternak (forage), tempat rekreasi (recreation). Deklarasi ini dianggap sebagai tonggak peristiwa masyarakat internasional meninggalkan pemikiran bahwa hutan hanya untuk menghasilkan kayu.Beberapa tema yang digarap dalam kongres kehutan sedunia ke-5 ialah: Forest Protection (Perlindungan hutan), Education (pendidikan), Forest and Range Watersheds (Hutan dan Jarak Daerah Aliran Sungai), Logging and Forest Operations (penebangan dan operasi hutan), Genetics and Tree Improvement (Genetika dan Pemulihan Pepohonan), Forest Economics and Policy (kebijakan ekonomi kehutanan), Forest Products (Hasil Hutan), Forest Recreations (Pemanfaatan hutan sebagai tempat rekreasi) dan kehidupan liar (Wildlife), Tropical Forestry (hutan tropis)
Kongres ke-6
Kongres ke-6 diselenggarakan di Madrid, Spanyol pada tahun 1966. Tema utama dari Kongres adalah "Peran kehutanan dalam mengubah ekonomi dunia". Sebelum mengikuti kongres ini memang, 114 negara anggota kongres sudah bertemu di Roma pada bulan November 1965, untuk merayakan hari ulang tahun ke-13 berdirinya FAO.Selain tema besar itu, beberapa tema isu kehutanan juga ikut dibahas disana, kala itu, antara lain Tren dunia terhadap kebutuhan sumber kayu dunia (World trends in wood resources and requirements), Perencanaan pemanfaatan potensi hutan (Planning the use of forest potentials), Kerangka kelembagaan pembangunan kehutanan (Institutional framework for forestry development), Pembiayaan terhadap pengembangan industri kehutanan (Financing forestry and forest industries development)
Kongres ke-7
Kongres ke-7 diselenggarakan di Buenos Aires, Argentina pada 1972. Tema utama dari Kongres adalah: "Hutan dan pengembangan sosial ekonomi" ("Forests and socioeconomic development"). Kongres ini lebih berupaya untuk menjawab tantangan; bagaimana mempercepat kemajuan ekonomi dan sosial, sementara harus pula mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan?[6]Kongres mengakui bahwa aspirasi untuk meningkatkan standar hidup sering menemukan ekspresi dalam bentuk yang mengancam lingkungan. Dengan tema utamanya itu, peserta kongres pun mengerucuti topik-topik yang relevan dengan tema itu dengan menghadirkan berbagai kelompok kepentingan, mulai dari akademisi, pengusaha, pemerintah, termasuk aktivis lingkungan, kala itu.
Kongres ke-8
Kongres kehutanan sedunia ke-8 dilaksanakan di Jakarta, Indonesia pada tahun 1978. Kongres ini mengangkat tema besar "Hutan untuk Rakyat" (Forests for People), dan fokus dalam meneliti bagaimana kehutanan melayani manusia, baik secara individu maupun kolektif. Hasilnya, kongres sepakat menyatakan bahwa hutan dunia harus dipertahankan, untuk penggunaan dan kenikmatan semua orang secara berkelanjutan. Kongres ke-8 juga menegaskan kembali tanggung jawab pemerintah dan lembaga kehutanan untuk mengelola setiap hektar hutan demi keuntungan seluruh dunia, untuk menghindari hilangnya potensi hutan khususnya hutan tropis.[7]Kongres ke-9
Kongres Kehutanan Sedunia ke-9 diselenggarakan di Mexico City, Meksiko tahun 1985. Menariknya, kongres digelar pada tahun yang telah dicanangkan sebagai "International Year of Forest" oleh Dewan FAO. Tahun 1985 juga menandai ulang tahun keempat puluh FAO. Tema kongres ke-9 adalah "Sumberdaya Hutan dalam Pembangunan Integral Masyarakat" atau Forest Resources in the Integral Development of Society. Tujuan dari Kongres adalah untuk mengembangkan garis yang jelas dari tindakan yang dapat menjadi pedoman untuk merumuskan kebijakan nasional, memberikan insentif dan bimbingan kepada sektor swasta dan pemerintah dan mempromosikan kerjasama internasional di bidang kehutanan.Kongres ke-10
Kongres ke-10 diselenggarakan di Paris, Perancis, pada tahun 1991. Tema Kongres ke-10 adalah "Hutan, warisan untuk masa depan" (Forests, a heritage for the future). Dalam kongres ke-10 itu, peserta kongres berkonsentrasi penuh pada sebuah misi dunia untuk mendamaikan konservasi basis sumber daya hutan dengan penggunaannya yang rasional untuk kebutuhan pembangunan berkelanjutan.Beberapa topik penting yang jadi bahan kajian ialah Hutan Sebagai warisan pelindung (The forest, a protective heritage), konservasi dan perlindungan warisan hutan (Conservation and protection of the forest heritage), Pohon dan hutan dalam pengelolaan lahan pedesaan dan perkotaan (Trees and forests in rural and urban land management), Pengelolaan warisan hutan (Management of the forest heritage), Warisan hutan, sumber ekonomi (The forest heritage, an economic resource), Kebijakan dan Kelembagaan (Policy and institutions).
Kongres ke-11
Kongres ke-11 diselenggarakan di Antalya, Turki, pada tahun 1997. Tema umum dari Kongres adalah "Kehutanan untuk Pembangunan Berkelanjutan: Menyambut abad 21" (Forestry for Sustainable Development: Towards the Twenty-first Century). Beberapa topik penting yang turut dibahas saat itu ialah Sumber Daya Hutan dan Pohon (Forest and Tree Resources), Hutan, Keanekaragaman Hayati dan Pemeliharaan Warisan Alam (Forests, Biological Diversity and Maintenance of Natural Heritage), Fungsi pelindung dan Lingkungan Hutan (Protective and Environmental Functions of Forests), Fungsi produktif Hutan (Productive Functions of Forests), Kontribusi ekonomi Kehutanan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Economic Contribution of Forestry to Sustainable Development), Dimensi sosial Kontribusi Kehutanan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Social Dimensions of Forestry's Contribution to Sustainable Development), Kebijakan, Kelembagaan dan Sarana Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan (Policies, Institutions and Means for Sustainable Forestry Development), Review Isu Ekologi Regional (Ecoregional Review)Kongres ke-12
Kongres Kehutanan Dunia ke-12 diselenggarakan di Kota Quebec, Kanada, pada tahun 2003.Tema utama dari Kongres adalah "Hutan: Sumber kehidupan" (Forests: Source of Life). Beberapa topik penting yang menjadi kosentrasi kongres saat itu ialah Hutan untuk manusia (Forests for people), Hutan bagi planet (Forests for the planet), Keselarasan Manusia dan Hutan (People and forests in harmony). Kongres dihadiri 4.061 peserta dari lebih dari 140 negara. Output utama dari kongres yang tertuang dalam pernyataan akhir, mengidentifikasi bidang yang menjadi perhatian prioritas dan dimaksudkan untuk mendorong keputusan dan tindakan oleh mereka yang terlibat dengan berbagai aspek hutan dan kehutanan, dan sektor-sektor terkait lainnya.Kongres ke-13
Kongres kehutanan dunia ke-13 diselenggarakan di Buenos Aires, Argentina, pada tahun 2009. Kongres dilaksanakan dalam kemasan tema "Hutan dalam pembangunan: keseimbangan vital" ("Forests in development: a vital balance"). Lebih dari 7.000 ahli dari pemerintah, akademisi, peneliti, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah datang dari semua benua untuk mendiskusikan dan bertukar pengalaman selama tujuh hari pada berbagai topik yang berhubungan dengan kehutanan.Beberapa topik aktual yang dibahas saat itu antara lain Hutan dan keanekaragaman hayati (Forests and biodiversity), Produksi hutan bagi pembangunan (Production for development), Hutan yang melayani manusia (Forests at the service of people), Kepedulian terhadap Hutan (Caring for our forests), Peluang pengembangan (Development opportunities), Pengorganisasian dalam pengembangan hutan (Organizing forest development), Keselerasan Manusia dan Hutan (People and forests in harmony). Kongres lebih dititikberatkan pada aspek sosial, ekologi dan ekonomi pengelolaan hutan lestari dalam konteks lokal, regional dan global.
Kongres ke-14
Kongres kehutanan se-dunia ke-14 akan diselenggarakan pada bulan September tahun 2015 di Durban, Afrika Selatan. Kongres kali ini akan mengusung tema “Forest and People: Investing in sustainable future. Food and Agriculture Organization (FAO) sendiri telah merilis jadwal dan timeline rangkaian acara kongres itu melalui situs resmi FAO. FAO merilis, tujuan kongres kali ini ialah untuk menunjukkan bahwa investasi di sektor kehutanan merupakan investasi pada orang dan, pada gilirannya, investasi dalam pembangunan yang berkelanjutan.Program dan kegiatan Kongres akan mencakup seminggu sesi teknis dan acara khusus, acara sampingan dan diskusi meja bundar pada enam bidang tematik yang mencakup semua aspek kunci dari hutan dan pembangunan berkelanjutan. Beberapa topik yang akan dibedah adalam kongres tersebut antara lain:
Hutan untuk pembangunan sosial ekonomi dan ketahanan pangan (Forests for socioeconomic development and food security), Membangun Ketahanan dengan Hutan (Building resilience with forests), Integrasi Penggunaan Hutan dan Lahan Lainya (Integrating forests and other land uses), Mendorong Inovasi produk dan perdagangan yang berkelanjutan (Encouraging product innovation and sustainable trade), Mengawal pembuatan kebijakan kehutanan (Monitoring forests for better decision-making), Meningkatkan kinerja pemerintah melalui penguatan kapasitas (Improving governance by building capacity).
Kongres Kehutanan Se-dunia: Seruan Keadaban Ekologis
Kerusakan ekologis masih kerap terjadi hingga saat ini. Tidak hanya yang terjadi di darat, tetapi juga di perairan. Bukan hal baru bagi warga dunia menyaksikan hancurnya ekosistem alam; pencemaran udara, hutan gundul, pencemaran air, dan berbagai fakta pahit lainnya. Sepintas, terkesan manusia tak adab lagi pada alam yang merupakan ‘rumah’ baginya, cenderung rakus dan egois terhadap alam. Belum lagi ketika kehancuran ekologi yang dilakukan secara sistematis oleh kekuatan-kekuatan yang lebih besar, termasuk oleh negaraDampak paling buruk dialami manusia ialah kemiskinan dan kemelaratan. Yang paling mendesak ialah kembalinya keadaban menghargai alam, dan menempatkan alam sebagai rumah manusia. Alam harus diletakkan setara dengan manusia di planet ini. Dengan demikian, perawatan dan pelestarian alam tentu akan menjadi point utama dalam siklus kehidupan manusia. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pelaksanaan Kongres Kehutanan Se-dunia pada tahun 1978. Logis, jika ada harapan yang disematkan pada negara sejak itu, bahwa keselamatan ekologi dan pelestarian lingkungan merupakan visi semua pihak.
Namun, faktanya, illegal logging, eksploitasi hutan oleh industry pertambangan, pembukaan lahan-lahan perkebunan skala besar dan ekploitasi hutan oleh industri pertambangan telah membuat kesemrawutan dalam tata kelola kehutanan nasional. Salah satu penyebabnya juga lahir dari ketidakbecusan aparat negara dalam mensinkronkan kebijakan perlindungan hutan dan investasi industri.
Dalam kongres kehutanan ke-14 ini, harapan keselamatan ekologi dunia direbahkan diatas pundak para pemimpin dunia, baik pemimpin negara maupun pemimpin agama. Dengan visi yang disajikan dalam kongres kehutanan se-dunia ke-14 tahun ini, kiranya seruan keadaban ekologis itu bisa menjadi batin bagi umat manusia, demi masa depan yang lebih baik.*Marsel Gunas
[1] Perjuangan yang mengecam berbagai tindakan perambahan hutan telah dikumandangkan sejak beberapa tahun yang lalu, seiring hangatnya perbincangan dunia terkait tema Global Warming. Para aktivis peduli lingkungan menuduh kapitalisme sebagai biang perusakan alam. Pemanfaatan hutan untuk kepentingan industri pertambangan ekstraktif sebagai contohnya. Hal itu terjadi hampir di seluruh belahan dunia
[2] FAO merupakan kepanjangan dari Food and Agriculture Organization. FAO merupakan organisasi yang berada dibawah naungan perserikatan bangsa-bangsa yang secara spesifik bergerak dalam bidang pangan dan pertanian dunia.
[3] Kongres Kehutanan Dunia merupakan forum untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan hutan di dunia, dan juga isu-isu seperti dialog internasional, aspek sosial ekonomi dan kelembagaan, dan kebijakan hutan internasional.
[4] Kata Wiki, Silviculture merupakan praktek control terhadap ke pembangunan, pertumbuhan, susunan, kesehatan dan kualitas kehutanan agar untuk memenuhi berbagai nilai dan kebutuhan. Kata ini berasal dari bahasa Latin; silvi dan cultura. Ilmu yang mempelajari tentang silviculture disebut silvology.
[5] FAO memberikan penjelasan yang cukup panjang terkait hutan tropis. Hutan tropis menurut FAO dibagi dalam dua kelas hutan yaitu hutan hujan tropis hijau dan hutan tropis gugur lembab. Hutan tropis hijau (Evergreen Tropical Forest) merupakan hutan yang terbentuk di mana curah hujan tahunan lebih besar dari 2.500 mm, di mana hutan tumbuh sebagian besar pada ketinggian rendah, hijau, dan dipenuhi jenis kayu keras, memiliki struktur yang kompleks dan kaya baik tumbuhan dan hewan. Sementara itu, Hujan Hutan Gugur Tropical (Moist Deciduous Tropical Forests) terjadi di mana curah hujan tahunan antara 1.000 dan 2.500 mm. Komposisi dan struktur sangat bervariasi tergantung pada distribusi curah hujan, temperatur dan tanah jenis.
[6] Penjelasan tema Kongres ke-7 di Buenos Aries, Argentina dapat dilihat disini
[7] Pengembangan masyarakat sekitar kawasan hutan adalah tuntutan kala Kongres Kehutanan Se-Dunia ke-8 di Jakarta. Kini perhatian pemerintah untuk masyarakat lokal sekitar kawasan hutan kembali ditagih. Menjawab itu, dalam RPJMN 2015-2019, ditargetkan perhutanan sosial ini harus mencapai 12,7 juta hektar. Langkah ini sebagai strategi pembangunan ekonomi dari pinggiran yang dilontarkan Presiden Joko Widodo.
[2] FAO merupakan kepanjangan dari Food and Agriculture Organization. FAO merupakan organisasi yang berada dibawah naungan perserikatan bangsa-bangsa yang secara spesifik bergerak dalam bidang pangan dan pertanian dunia.
[3] Kongres Kehutanan Dunia merupakan forum untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan hutan di dunia, dan juga isu-isu seperti dialog internasional, aspek sosial ekonomi dan kelembagaan, dan kebijakan hutan internasional.
[4] Kata Wiki, Silviculture merupakan praktek control terhadap ke pembangunan, pertumbuhan, susunan, kesehatan dan kualitas kehutanan agar untuk memenuhi berbagai nilai dan kebutuhan. Kata ini berasal dari bahasa Latin; silvi dan cultura. Ilmu yang mempelajari tentang silviculture disebut silvology.
[5] FAO memberikan penjelasan yang cukup panjang terkait hutan tropis. Hutan tropis menurut FAO dibagi dalam dua kelas hutan yaitu hutan hujan tropis hijau dan hutan tropis gugur lembab. Hutan tropis hijau (Evergreen Tropical Forest) merupakan hutan yang terbentuk di mana curah hujan tahunan lebih besar dari 2.500 mm, di mana hutan tumbuh sebagian besar pada ketinggian rendah, hijau, dan dipenuhi jenis kayu keras, memiliki struktur yang kompleks dan kaya baik tumbuhan dan hewan. Sementara itu, Hujan Hutan Gugur Tropical (Moist Deciduous Tropical Forests) terjadi di mana curah hujan tahunan antara 1.000 dan 2.500 mm. Komposisi dan struktur sangat bervariasi tergantung pada distribusi curah hujan, temperatur dan tanah jenis.
[6] Penjelasan tema Kongres ke-7 di Buenos Aries, Argentina dapat dilihat disini
[7] Pengembangan masyarakat sekitar kawasan hutan adalah tuntutan kala Kongres Kehutanan Se-Dunia ke-8 di Jakarta. Kini perhatian pemerintah untuk masyarakat lokal sekitar kawasan hutan kembali ditagih. Menjawab itu, dalam RPJMN 2015-2019, ditargetkan perhutanan sosial ini harus mencapai 12,7 juta hektar. Langkah ini sebagai strategi pembangunan ekonomi dari pinggiran yang dilontarkan Presiden Joko Widodo.